Cegah penyimpangan, Satgassus Pencegahan Korupsi Polri, pantau penyaluran pupuk subsidi di Minahasa dan Minahasa utara


 


 

Prowan

 


GNi


 


 


 


 

Cegah penyimpangan, Satgassus Pencegahan Korupsi Polri, pantau penyaluran pupuk subsidi di Minahasa dan Minahasa utara

Minggu, November 10, 2024

MABESNEWS.COM | MANADO,Anggota Satgassus Pencegahan Korupsi Polri, Yudi Purnomo Harahap menyampaikan kepada media bahwa Satgassus pada tanggal 5-8 November 2024 turun langsung memantau distribusi pupuk subsidi di daerah Minahasa dan Minahasa Utara provinsi Sulawesi Utara agar tidak terjadi penyimpangan dalam distribusi pupuk subsidi yang berpotensi terjadinya tindak pidana korupsi.
Satgassus datang langsung karena penyerapan pupuk bersubsidi di kedua kabupaten ini masih kecil dan tingginya petani di kedua daerah tsb yg belum melakukan penebusan pupuk bersubsidi padahal kepada mereka sudah dijatahkan pupuk bersubsidi sebagaimana tertulis di Elektronik Rencana Defenitif Kebutuhan Kelompok (E-RDKK) 2024.

Adapun Tim terdiri dari

Hotman Tambunan selaku ketua tim
⁠Herbert Nababan selaku wakil ketua tim
⁠Yulia Anastasia Fuada, Yudi Purnomo, Waldy Gagantika, dan Wahyu selaku anggota.
Tim didampingi oleh Direktur Pupuk dan Pestisida Kementerian Pertanian dan PT Pupuk Indonesia Holding Company untuk melakukan pertemuan dengan jajaran Pemerintah Kabupaten Minahasa dan Minahasa Utara beserta perwakilan distributor, kios, dan kelompok petani. Dan melakukan kunjungan ke lapangan melihat proses penebusan di kios pupuk subsidi.

Dari hasil pertemuan tersebut, Hotman Tambunan selaku ketua tim menyampaikan
Satgassus melihat dan mengapresiasi bhw terkait mekanisme penyaluran pupuk bersubsidi sudah berjalan lancar, operator kios dan petani sudah bisa melakukan penebusan pupuk bersubsidi dengan I-Pubers tanpa ada kendala berarti lagi.

Namun ada beberapa temuan terkait pengelolaan pupuk bersubsidi di kedua kabupaten tersebut adalah sbb:

Serapan pupuk masih rendah di bawah 50%, padahal saat ini sudah November 2024.
petani yg melakukan penebusan pupuk bersubsidi jumlahnya masih berada di bawah 50%.
Masih terdapat petani yg berhak untuk mendapatkan pupuk bersubsidi tetapi belum terdaftar di E-RDKK. Begitupun sebaliknya masih terdapat petani yg masih terdapat di E-RDKK tetapi tidak memenuhi kriteria penerima pupuk bersubsidi.
Sebaran kios utk melakukan penebusan pupuk bersubsidi yg tidak merata bahkan di beberapa kecamatan tidak ada sama sekali kios pupuk bersubsidi.
Dinas Pertanian Kabupaten masih belum optimal memanfaatkan kesempatan yg diberikan oleh Kementerian Pertanian utk melakukan revisi E-RDKK
Atas temuan tersebut satgassus menyampaikan dan menyarankan agar dilakukan langkah-langkah perbaikan sebagai berikut:

Agar Dinas Pertanian di kedua kabupaten tersebut terus menerus melakukan perbaikan data E-RDKK sehingga E-RDKK semakin akurat. Semakin akurat dari sisi data petani penerima pupuk bersubsidi dan juga kebutuhan real akan pupuk bersubsidi tiap tahunnya. Jika dirasa perlu ada revisi agar memanfaatkan kesempatan revisi E-RDKK yg dibuka oleh Kementerian Pertanian 4 kali dlm setahun.
Agar Dinas Pertanian mengevaluasi petani yg tidak melakukan penebusan pupuk bersubsidi selama 3 (tiga) tahun berturut2 dari data E-RDKK.
Agar Kementerian Pertanian dan PT Pupuk Indonesia terus menerus melakukan peningkatan2 fitur I-Pubers dan integrasinya dgn aplikasi E-RDKK. Harus terdapat fitur2 yg bisa digunakan utk secara cepat dapat melakukan evaluasi terhadap realisasi penebusan melalui I-Pubers sehingga antisipasi atas realisasi penebusan tersebut dapat segera dilakukan oleh dinas pertanian kabupaten, staff PIHC dan kementerian pertanian. Fitur2 yg dimaksud semisal bagaimana secara cepat dapat mengetahui petani-petani yg tidak melakukan penebusan pupuk bersubsidi selama 3(tiga) tahun, bagaimana mendapatkan informasi jumlah penebusan pupuk bersubsidi per masing-masing poktan, dll.
PIHC harus segera memastikan bahwa di setiap kecamatan ada kios fisik dan bukan kios virtual. Hal ini perlu mengingat keputusan Bupati terkait jumlah alokasi adalah dgn basis kecamatan per kecamatan.
Kementerian Pertanian dan PIHC perlu juga membuka kemungkinan agar petani yg menebus sendiri pupuk bersubsidinya, dapat dilakukan 

Editor : iyan